Liga Primer Indonesia di ikuti 15 Club yang selama ini berkiprah di kompetisi sepak bola nasional menyepakati ikut Liga Primer Indonesia (LPI), sebuah kompetisi yang digagas pengusaha nasional Arifin Panigoro di Jakarta. Dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat, ke-15 klub yang bakal berpartisipasi di kompetisi LPI, di antaranya PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Arema Malang, Persija Jakarta, PSMS Medan, dan Persipura Jayapura.
Selain itu, Semen Padang, Persitara Jakarta Utara, PSPS Pekanbaru, PSS Sleman, Persijap Jepara, PSIS Semarang, Persema Malang, Deltras Sidoarjo, dan Persibo Bojonegoro. "Sebenarnya ada 20 klub yang menyatakan bersedia mengikuti kompetisi ini, tetapi hari ini yang datang sebanyak 15 klub dan mereka sudah menyatakan komitmennya untuk ikut kompetisi ini," kata anggota tim perumus LPI di kediaman Arifin Panigoro, Arya Abhiseka.
Arya mengatakan, LPI dibentuk dan digelar sebagai keinginan terjadinya perubahan besar dalam kompetisi sepak bola nasional. Klub-klub tersebut bersepakat menyelenggarakan Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai liga independen yang didukung konsorsium yang dibentuk sejumlah pengusaha nasional yang dikomandani pengusaha nasional Arifin Panigoro.
Sementara lima klub lainnya turut mendukung, tetapi tidak hadir pada saat penandatanganan kesepakatan pembentukan LPI adalah Sriwijaya FC, Persita Tangerang, Persib Bandung, Persis Solo, dan Mitra Kukar. Ketidakhadiran mereka pada pertemuan tersebut karena berbagai alasan. Namun, penyelenggara mengatakan, kelima klub itu tetap berkomitmen bersedia mengikuti LPI.
Mengenai adanya tekanan kepada klub-klub tersebut nantinya, menurut Arya, PSSI dan PT Liga Indonesia (PSSI) tidak bisa semena-mena dan mencoret klub-klub yang akan berpartisipasi di LPI. "Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak bisa melarang klub berkompetisi meski katanya PSSI bisa terkena sanksi oleh FIFA jika melakukan hal itu," tutur Arya Abhiseka.
Pada kesempatan itu, pengelola LPI mengatakan bahwa kompetisi yang digelarnya tidak untuk menandingi kompetisi buatan PSSI dan PT Liga Indonesia. Diutarakan Arya, LPI hanya memperbaiki kompetisi yang sudah ada sekarang. "Apa yang kami lakukan ini sudah dilakukan Inggris pada 1992, Skotlandia pada 1998, dan Italia pada tahun ini. Di negeri-negeri itu, federasi sepak bola tetap dilibatkan dalam pengelolaan kompetisi," tuturnya.
Perbedaan antara kompetisi yang digelar PSSI saat ini (Liga Super dan Liga Indonesia) dengan LPI dan di negara-negara tadi adalah kedudukan penyelenggara kompetisi sejajar dengan federasi sepak bola. Perbedaan lainnya, LPI dan kompetisi di tiga negara tadi dimiliki oleh pesertanya sehingga seluruh keuntungan yang didapat dari kompetisi itu dikembalikan ke peserta.
Sementara kompetisi di Indonesia, klub tidak mendapatkan keuntungan finansial apa pun dengan mengikuti kompetisi tersebut kecuali hanya mendapat subsidi dalam jumlah kecil dari dana sponsor. Liga Primer Indonesia (LPI) dicetuskan juga untuk menghentikan kebiasaan klub menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selama ini, klub sangat bergantung kepada APBD, yang merupakan uang rakyat. Jika tidak dapat kucuran APBD, mereka tidak bisa berbuat apa-apa seperti yang dialami Persitara Jakarta baru-baru ini.
"Liga Primer Indonesia mampu menyelamatkan uang negara sebesar Rp 600 miliar setiap tahunnya," kata Ketua Umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar yang turut hadir. Untuk membebaskan klub dari APBD, penyelenggara LPI membantu modal awal yang besarnya berbeda-beda untuk setiap klub, bergantung pada kebutuhan masing-masing. Untuk menjaga agar modal itu tidak diselewengkan oleh pengelola klub, penyelenggara LPI bakal mengaudit keuangan klub secara periodikal oleh auditor publik.
"Kami ingin sekali perubahan dalam sepak bola Indonesia. Sudah tidak zamannya lagi klub-klub ditakut-takuti. Kami ikut di baris terdepan dalam perubahan besar melalui liga baru independen ini. Kami yakin LPI bisa lebih baik dan menguntungkan klub-klub anggotanya," papar salah satu pengurus teras PSM Makassar, Noor Korompot. Selamat bertanding di Liga Primer Indonesia (LPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar