Bentrok antar etnis di Kota Tarakan, Kalimantan Timur, mengakibatkan 1 korban jiwa dan empar rumah terbakar. Hingga Senin (27/9/10) pukul 20.00 WITA masih mencekam menyusul kerusuhan antaretnis yang terjadi di kawasan Juata Kerikil pada pagi dini hari tadi. “Masih mencekam, toko-toko semuanya tutup,” kata tokoh warga Tarakan, Sofyan Asnawie.
Personel TNI/Polri, kata Sofyan, masih bersiaga di sejumlah kawasan yang rawan terjadinya gesekan antarwarga. Aparat keamanan juga membubarkan kerumunan massa yang diduga berlaku mencurigakan. Kerusuhan antaretnis itu disebabkan adanya peristiwa pemalakan oleh warga salah satu etnis terhadap etnis lainnya. Pemalakan ini berakhir dengan adanya pengeroyokan sehingga menyebabkan satu meninggal dan seorang lagi terluka parah.
“Mereka ayah dan anak. Ayahnya meninggal, sedangkan anaknya harus dirawat di rumah sakit,” paparnya. Akibat peristiwa ini, kata Sofyan, ratusan warga salah satu etnis murka serta membakar empat rumah di kawasan Juata Kerikil. Mereka juga mencari orang-orang yang mengeroyok dua rekannya.
Mengantisipasi agar kerusuhan tidak meluas ke kota, aparat keamanan sudah melokalisir tempat kejadian perkara agar tidak merembet ke kawasan Kota Tarakan. Polisi juga sudah berupaya memburu para pelaku pengeroyokan. Silakan Lihat Foto-Foto Pasca Bentrok Kerusuhan Kota Tarakan di sini--> Kerusuhan Tarakan With Foto.(Sumber:tempointeraktif.com)
Sebaiknya para tokoh adat serta aparatur pemerintahan dapat lebih bijak dalam menyelesaikan konflik ini.
BalasHapusYa Alloh...lagi-lagi bentrok terjadi.
BalasHapusSampai kapan hal ini akan berakhir
hamba tuhan: 67 tahun merdeka, rakyat asli negeri ini tak semuanya bisa hidup layak, padahal hutan dan bumi mereka diperkosa atas nama pembangunan. kesejahteraan hanya buat penguasa yg gunakan hukum semau hati... keadilan dan kesejahteraan harus diperjuangkan lebih tegas lagi saudaraku,,, bravo warga tidung yg mencari keadilannn,,,,,
BalasHapuskami dari kalbar siap bantu dan turun untuk memancung kepala para pendatang yg tidak tau diri dan sok jago!!!
BalasHapusBangsa ini sudah sekarat ... anak bangsa kehilangan jati diri, penerus perjuangan bangsa hilang keseimbangan dan arah ... sekarang perjuangan ini akan dibawa kemana ?? Haruskah semuanya diselesaikan secara biadab dan tidak berprikemanusiaan ?? Nonton konser .. rusuh, nonton sepak bola .. rusuh, pemilihan kepala daerah .. rusuh, eksekusi lahan .. rusuh, penertiban PKL .. rusuh, penggusuran .. rusuh dan rusuh..rusuh tiap kali penyelesaian masalah. Tidak ada lagi musyawarah untuk mufakat, tenggang rasa, berjiwa besar, bangga akan budaya leluhur dan menggangkat nilai tradisi yang sakral. Haruskah kita bangga dengan keadan begini ??!! Wahai pemimpin bangsa ini, Anda yang mestinya bertanggung jawab, jangan ciderai terus perasan rakyat, akhirnya bangsa ini jadi begini ....?!!
BalasHapusKomen 1
BalasHapusSaya suku Jawa yang menetap di tanah kelahiran orang Dayak Kalimantan. Saya sangat mengenal sekali tabiat orang Dayak yg memiliki filosofi: "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" yang dalam artian secara umum adalah segenap manusia yg berada dan datang di bumi Kalimantan (Dayak khususnya)saling hormat menghormati adat istiadat yang ada, dengan menjaga tingkah laku dan menjunjung tinggi budi pekerti di manapun berada tanpa mengurangi hak dan kewajiban sesamanya.
Sudah sepantasnya sebagai warga pendatang yang berdomisili dan mencari penghidupan di tempat yg benar-benar lain dg tempat kelahirannya serta dg adat istiadat yang sungguh berbeda haruslah memiliki kemauan untuk mengerti dan memahami. Jangan memaksakan diri dg bertindak seperti di tempat asal. Apabila di tempat asalnya kerusuhan sering ditimbulkan namun tdk sampai menimbulkan konflik berkepanjangan karn mmg pada dasarnya mungkin adatnya seperti itu, maka jangan sampai hal yang sama dilakukan di tempat lain.
Beberapa kejadian konflik yg berhubungan dengan suku Dayak biasanya terjadi karena kecenderungan pihak/suku etnis tertentu membawa-bawa nama etnisnya dalam persengketaan. Mungkin dia pikir hal seperti ini lazimnya akan membuat takut lawannya atau jg merinding bagi yang mendengar krn mengetahui bahwa sekelompok etnis tertentu adalah terkenal garang, suka membawa-bawa senjata tertentu atau suka berkeroyokan jika terjadi perkelahian. Hal semacam ini benar-benar salah kaprah! Kita hidup di tanah Indonesia. Apabila kata yg mengungkit kesukuan terbawa-bawa dalam persengketaan, maka otomatis yg merasa memiliki suku yg sama akan panas hatinya, terlepas dari musabab benar salah anggota sukunya. Mereka pikir penghinaan sudah terjadi dg menistakan suku tertentu.
Seseorang yang terpelajar dan mawas diri tak akan membawa-bawa sukunya apabila terjadi konflik terhadap dirinya. Hal seperti ini bisa terjadi apabila kita berhadapan dengan oknum yg berwawasan rendah dan tipikal pengecut (merujuk kepada istilah "beraninya main keroyokan")
Cobalah untuk mengerti, bahwa menghormati adat di tempat lain. Saya melihat suku Dayak ini sebenarnya penyabar. Mereka cenderung menjauh apabila sudah mulai mengarah kepada konflik. Namun, orang dengan adat yang lebih panas dan terbiasa berhadapan dg konflik akan melihatnya sebagai kekalahan atau "bisanya lari sebelum berperang". Padahal bukan begitu. Mereka memang suka mengalah. Tetapi mengalh memang ada batasnya. Dan pada peristiwa Tarakan ini, sekali lagi POLISI yang SALAH!!!!!!!!
Hey POLISI INDONESIA!!! Kapankah belajar untuk mengatasi konflik horizontal yang bisa menimbulkan perpecahan seperti ini dari banyak kejadian di masa lalu AKIBAT KELOMPOK TERTENTU YG MEMINTA KEADILAN MERASA HARUS MENGHUNUS SENJATANYA UNTUK MENGAMBIL DARAH SEBAGAI NYAWA GANTI NYAWA!!!!!
Pecat saja Kapoldanya!!! Dari Kapolres, Kapolsek sampai Kapolda!!
Kalau seperti ini hukum tidak akan berbicara! Akan Anda lihat buktinya. Polisi tak berani berkutik apabila hukum rimba yg ditegakkan. Mereka mengungsikan dirinya dibalik tentara. Sudah tahu SALAH!!
Masa masalah penganiayaan dan pembunuhan bisa terabaikan??? Kerjanya cuman ongkang-ongkang nunggu gajian??????
Kemana sebenarnya orang-orang harus mengadu? Bubarkan saja polisi!! Sudah tidak mampu menjadi pengayom dan penegak hukum!! Apabila terjadi konflik SARA seperti ini kemudian MENYALAHKAN suku tertentu dengan isu kesenjangan sosial? karena isu agama tidak bisa masuk??? Ngomong-ngomong suka sekali beberapa pihak mengalihkan isu seperti ini kepada motif tertentu yang tak ada hubungannya sama sekali.
Komen 2
BalasHapusTidak pernah ada orang Dayak yang selama ini saya kenal merasa ada kesenjangan dg suku yg lain yg hidup berdampingan. Kami bisa saling hormat-menghormati dan berdampingan tanpa ada cibiran dan nyinyiran krn suku tertentu lebih makmur atau lebih kere. Di manapun di seluruh wilayah Indonesia tidak ada kesenjangan seperti itu. Ini adalah wacana bagi orang-orang yang suka menggulirkannya menjadi masalah ekonomi. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai motif pribadinya apabila mulai berbicara mengenai aset.
Harapan saya, agar konflik ini segera selesai. Dan suku-suku Dayak di tempat lain jangan terprovokasi. Ingatlah betapa berat memulihkan keadaan kembali seperti sedia kala. Apabila sudah dirasa cukup, maka mawas dirilah dan berhenti. Tidak ada gunanya berkepanjangan. Ingatlah di sana banyak Ibu dan anak-anak yang tidak bersalah karena ulah sekelompok orang saja. Ingatlah kita negara yang Berke-Tuhan-an. Sudahi segera setelah dirasa cukup!
Kapan....negara q damai kembali. Knp darah dah air mata tertumpah kembali. Masih lekat di ingatan kt. Di poso, sampit, dan di daerah2 lain anak2 dan org2 tak berdosa jd korban.mahalnya kedaian skrg ini. Knp bangsa ini surah jd brutal gini..? Kalian org2 pintar tp ngak benar telah blkin negara ini jd bgni. Dulu ngak ada kerusuan. Damai....! Skrg., yg blng reformasi. Tp apa., yg di dpt..! Ini ulah kalian para orang2 pintar. Kalian lah yg harus bertanggung jawab atas semua ini
BalasHapus